Santri berkecimpung di media sosial bukanlah suatu hal yang dilarang. Bahkan, bisa menjadi sarana dakwah untuk menyampaikan ilmu-ilmu yang kita pelajari di pesantren.
Pernyataan ini disampaikan Gus Ahmad Kafa lirboyo saat mengisi talkshow media di forum Multaqo Akbar Media Pondok Jawa Timur di Pondok Al-Fattah Kikil Pacitan ( 23/12) siang.
Influencer santri yang lebih akrab disapa Cak Mad itu mengungkapkan kegamangan banyak orang perihal media sosial.
“Menurut saya, zaman sekarang, media bagaikan dua mata pisau, bisa mengarahkan perkara yang buruk atau baik. Tinggal bagaimana seseorang itu menyikapinya,” ujar gawagis Lirboyo ini.
Cak Mad juga menambahkan kalau dalam bermedia sosial, poin yang selalu diutamakan adalah bersungguh-sungguh untuk memberi manfaat bagi orang lain, serta terdapat cita-cita luhur untuk menebar kebaikan.
“Sayidina Ali mengatakan tentang pentingnya memberikan kemanfaatan bagi orang lain. dalam kitab Ta’limul Muta’alim juga disebutkan al-jiddu, usaha yang keras dan himatul aliyah, cita-cita luhur. Ini bisa dijadikan patokan dalam bermedia sosial,” saran beliau.
Beliau menyoroti salah satu kebiasaan santri yang salah kaprah. Santri seringkali malu, minder, ketika harus memulai berdakwah. Padahal, menurut Cak Mad, justru dakwah adalah amanah.
“Ilmu dari kiai itu amanah. Ketika amanah tidak disampaikan kepada pihak yang bersangkutan, maka ditakutkan akan masuk pada predikat khianat. Naudzubillah,” tekan beliau.
Masih menurut beliau, santri ketika berdakwah, itu harus diniatkan untuk ngestoaken dawuh masyayikh, menuruti perintah dari para kiai. “Dalam setiap kesempatan, pasti para masyayikh selalu memberi pesan kepada santri untuk menyebarkan ilmu yang didapat,” imbuh beliau.
Beliau sangat menekankan kepada santri untuk tidak minder dalam berdakwah.
Karena, standar orang yang menjadi pemimpin menurut para ulama adalah orang yang hatinya sudah dekat dengan Allah.
Maka, dalam hal ini, dalam berdakwah di masyarakat, yang paling pantas untuk berdakwah adalah santri. Karena santri adalah sosok yang selalu berusaha mendekat kepada Allah Swt.
“Kredibilitas urusan akhirat ya santri. Siapa lagi? Kalau santri tidak mau terjun dalam urusan akhirat, lalu siapa yang akan mengisi?”
Di akhir acara, beliau berpesan, “Dalam menghadapi persoalan, jangan terburu-buru. Jangan grusa-grusu. Jalan. Jangan berlari. Karena hidup itu perjalanan, bukan pelarian.”