Nabi Muhammad saw. memiliki beberapa paman dari kakek Nabi Muhammad, yakni Abdul Muthalib.
Paman Nabi Muhammad yang disebutkan di sini adalah saudara ayah Nabi Muhammad, Abdullah bin Abdul Muththalib.
Ada paman beliau yang masuk Islam. Ada pula yang justru menjadi pembesar kaum kafir. Mereka memilih mempertahankan agama zaman jahiliyah mereka.
Zaman jahiliyah adalah masa di mana akhlak dan kepercayaan yang dianut sangat melenceng dari agama Ibrahim.
Abu Lahab: Paman Nabi Muhammad yang Memusuhinya
Nama Asli Abu Lahab
Di dalam Tafsirnya, Al-Qurthubi menyebutkan beberapa versi mengenai nama asli Abu Lahab. Ada yang menyebut jika Abu Lahab adalah nama aslinya. Namun, pendapat yang lebih kuat menyebut jika nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza.
Abu Lahab dijuluki dengan “Lahab” karena ketampanannya dan wajahnya yang bersinar. Sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Qurthubi, arti Lahab sendiri bermakna tampan dan bersinar.
Gembira Menyambut Kelahiran Nabi Muhammad
Ketika Nabi Muhammad lahir di kota Makkah, seluruh anggota keluarga Abdul Muthalib bergembira. Saking bahagianya suasana di hari itu, Abu Lahab memerdekakan salah satu budaknya, Tsuwaibah.
Tsuwaibah al-Aslamiyah, nama lengkap budak Abu Lahab itu, segera diperintah untuk menyusui bayi Nabi Muhammad. Sehingga Tsuwaibah menjadi ibu susuan Nabi Muhammad.
Kisah Abu Lahab yang memerdekakan budaknya ini bukan tanpa alasan. Abu Lahab melakukan ini demi merayakan kelahiran Nabi Muhammad, anak dari saudara kandungnya, Abdullah.
Kekejaman Abu Lahab
Peristiwa ini adalah satu contoh kisah Abu Lahab yang menolak mentah-mentah dakwah Nabi Muhammad.
Suatu hari Nabi Muhammad saw. mengajak kepada kaum Makkah untuk beriman kepada Allah. Abu Lahab berkata, “Jika apa yang dikatakan anak saudaraku itu benar, sungguh, aku akan menghadapi siksaan di hari kiamat itu dengan harta dan keturunanku.”
Meski Abu Lahab tidak ikut serta dalam Perang Badar secara langsung, tetapi harta kekayaannya ia sumbangkan kepada para tentara kaum kafir Quraisy.
Selain kepada Nabi Muhammad, kisah Abu Lahab yang kejam juga berlaku bagi kaum muslim yang lain. Bahkan kepada anggota keluarga besarnya sendiri. Kekejaman itu juga dilakukan oleh anak-anak Abu Lahab.
Kekejaman Istri Abu Lahab
Istri Abu Lahab tak kalah kejamnya dengan sang suami. Istri Abu Lahab adalah Ummu Jamil.
Nama asli Ummu Jamil adalah Urwa binti Harb bin Umayah. Ia adalah salah satu perempuan kaum kafir Quraisy yang terpandang.
Meski terpandang, perlakuannya kepada Nabi Muhammad saw. sungguh bertolak belakang. Ia seringkali menghina Nabi sebagai “orang miskin.”
Setiap malam, Ummu Jamil membawa duri-duri tajam dan menebarnya di jalan yang biasa dilewati oleh Nabi Muhammad saw. dan para sahabat.
Tetapi meski demikian, Nabi Muhammad saw. berjalan di atas duri yang ditebar itu seperti berjalan di atas kain sutra. Perlakuan Ummu Jamil itu tidaklah berpengaruh pada kekuatan iman Nabi Muhammad dan para sahabat.
Abu Thalib: Paman Nabi Muhammad yang Terbaik
Sejarawan sepakat, bahwa Abu Thalib adalah anaknya Abdul Muthalib yang sekandung dengan Abdullah, ayah Nabi Muhammad saw.
Beliau adalah paman Nabi Muhammad yang sangat berjasa atas dakwah Nabi Muhammad saw.
Tanpa dukungan dan pembelaan dari Abu Thalib, mustahil dakwah Rasulullah mampu menembus batas-batas yang ditancapkan oleh kaum kafir Quraisy.
Maka tidak heran, jika tahun wafatnya Abu Thalib mendapat nama khusus, yakni “Amul Huzni”. Amul Huzni adalah berarti Tahun Kesedihan.
Ini karena Rasulullah saw. merasa begitu kehilangan sosok Abu Thalib. Sosok paman yang selalu membelanya dari gempuran caci maki kaum kafir.
Abu Thalib adalah satu-satunya tempat berlindung Nabi Muhammad saw. dari kejaran kaum kafir.
Kaum kafir yang sangat membenci Nabi saw., tidak berdaya jika Abu Thalib sudah memasang badan untuk melindungi Nabi saw.
Abu Thalib adalah tokoh dan salah satu pembesar kaum Quraisy. Ia adalah pemegang kunci Ka’bah. Ia dipilih lantaran mewarisi kebesaran nama Abdul Muthalib, ayahnya.
Karena kebesaran nama Abu Thalib inilah, kaum kafir Quraisy segan untuk berhadapan dengan Abu Thalib. Meskipun ia selalu membela Nabi Muhammad saw.
Apakah Abu Thalib Islam?
Semua ulama sepakat jika Abu Thalib adalah salah satu orang yang paling berjasa terhadap keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw. Perlindungannya kepada Nabi Muhammad saw. membuat dakwah Islam tetap berjalan sesuai dengan tujuan Nabi saw.
Namun, terkait keislaman Abu Thalib, ada perbedaan di antara ulama.
Beberapa ulama menganggap Abu Thalib tidak pernah membaca syahadat di hadapan Nabi Muhammad saw. Sehingga, Abu Thalib masih dianggap sebagai orang kafir, orang yang enggan membaca syahadat.
Tetapi beberapa ulama lain menganggap bahwa jasa-jasa Abu Thalib sudah cukup untuk menunjukkan bahwa beliau akan selamat dari siksa neraka yang dijanjikan untuk orang-orang kafir.
Syaikh Ahmad bin Zaini Dahlan menyebut bahwa kita terlalu naif jika menganggap Abu Thalib mendapat siksa karena tidak bersyahadat.
Terlalu banyak jasa Abu Thalib kepada Nabi Muhammad saw. Selain itu, Abu Thalib sering kali membuat syair indah yang mengakui keagungan Nabi Muhammad saw.
Demi Allah, kaum kafir tidak akan mampu menyentuh tubuhmu
Sampai tubuhku terkubur di antara debu-debu
Sebarkan dakwahmu, berikan kabar gembira pada umatmu
Biar mereka mendapat keindahan dari pancaran dakwahmu
Lalu, sebagaimana disinggung di atas, disebutnya tahun wafatnya Abu Thalib sebagai Amul Huzni sudah lebih dari cukup menggambarkan kegigihan Abu Thalib dalam mendukung dakwah Islam.
Ketiadaan Abu Thalib dan Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad saw., membuat Nabi saw. menjalani hidupnya begitu berat. Tidak pernah seberat ini.
Amul Huzni adalah peristiwa kesedihan terberat bagi Nabi Muhammad saw. Bahkan, peristiwa ini menjadi hikmah Isra Mi’raj, sebuah peristiwa agung nan indah yang terjadi setelah kesedihan yang memuncak.
Hamzah bin Abdul Muthalib: Paman Nabi Muhammad yang Berjuluk Singa Allah
Hamzah adalah paman nabi muhammad yang membantu perjuangan Islam. Beliau memang tidak termasuk dari assabiqunal awwalun.
Assabiqunal awwalun adalah golongan sahabat yang masuk Islam di awal-awal Nabi Muhammad berdakwah.
Meski Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam belakangan, tetapi semangatnya untuk memerangi kekafiran sangat tinggi.
Sebelum menjadi sahabat nabi yang dijuluki Singa Allah, Hamzah adalah pemuda Quraisy yang sangat disegani.
Ketangguhannya dalam bergulat, juga keberaniannya menghadapi siapapun, membuat semua orang segan kepadanya.
Ia sangat berani terhadap siapapun. Bahkan orang-orang terkuat dan orang-orang terpandang sekalipun.
Keberaniannya inilah yang menuntunnya mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw.
Suatu ketika, Abu Jahal, salah satu tokoh Quraisy yang disegani, sekaligus paling memusuhi Nabi Muhammad, sedang berada di bukit Shafa.
Secara kebetulan, Nabi Muhammad saw. juga berada di sana.
Abu Jahal pun melontarkan caci maki kepada beliau secara bertubi-tubi. Semua kalimat-kalimat kotor ia hujamkan kepada Nabi saw.
Bukan hanya verbal. Bahkan Abu Jahal sampai melempari Nabi Muhammad saw. dengan batu.
Hamzah bin Abdul Muthalib waktu itu baru saja pulang dari berburu. Ketika ia mendengar kabar itu, paman Rasulullah itu begitu marah.
Sambil menenteng busur panah yang ia pakai berburu, ia segera pergi mencari Abu Jahal.
Ia langsung memukul kepala Abu Jahal dengan busurnya. Hamzah bin Abdul Muthalib berkata,
“Hei orang berpantat kuning! Beraninya kau mencaci maki saudaraku, sedang aku sudah mengikuti agamanya?!”
Ini menjadi bukti bahwa paman Nabi Muhammad ini tidak gentar menghadapi siapapun.
Di dalam perang Uhud, ia menjadi tentara yang luar biasa. Begitu banyak nyawa kaum kafir yang melayang akibat sabetan pedangnya.
Ia wafat di dalam perang itu sebagai syahid.
Abbas bin Abdul Muthalib: Paman Nabi Muhammad yang Tampan dan Kaya
Paman Nabi Muhammad yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw. selanjutnya adalah Abbas bin Abdul Muthalib.
Abbas bin Abdul Muthalib termasuk sahabat nabi dari golongan saudagar kaya. Meski ia bukan sahabat nabi yang paling kaya, tetapi kekayaannya cukup besar dibanding dengan sahabat yang lain.
Beliau adalah paman Rasulullah saw. yang paling muda di antara paman beliau yang lain.
Usia Nabi Muhammad saw. dan Abbas bin Abdul Muthalib tidak jauh berbeda. Keduanya bahkan lahir di tahun yang sama. Hanya, sang paman beberapa bulan lebih tua.
Menurut beberapa sejarawan, wajah Abbas bin Abdul Muthalib sangat mendekati kemiripannya dengan wajah Nabi Muhammad saw.
Perawakan dan ciri-ciri fisiknya hampir serupa dengan Nabi Muhammad saw.
Masuk Islamnya Paman Nabi Muhammad: Abbas bin Abdul Muthalib
Sebenarnya, Abbas bin Abdul Muthalib masuk Islam lebih dulu dari pada saudaranya, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Jika Hamzah memilih menunjukkan keislamannya secara terang-terangan, Abbas tidak.
Abbas memilih memeluk Islam secara diam-diam. Begitupun istrinya, Ummu Fadhl. Bahkan Abbas bin Abdul Muthalib memeluk Islam tatkala belum banyak orang memeluknya.
Namun, ia memilih untuk menyembunyikan keislamannya. Ketika kaum kafir membombardir Nabi Muhammad saw. dengan caci maki dan siksaan fisik, Abbas memilih berdiam diri di rumah.
Saat perang Badar dikumandangkan, Abbas memang ikut berangkat satu barisan dengan kaum kafir. Tetapi ia tidak begitu terlibat dalam peperangan.
Kaum kafir sebenarnya mencurigai gelagat Abbas bin Abdul Muthalib. Namun mereka tetap diam, karena tidak mempunyai cukup alasan untuk mencurigainya sebagai orang muslim.
Abbas bin Abdul Muthalib baru benar-benar menunjukkan keislamannya pada peristiwa Fathul Makkah, Pembebasan Kota Makkah.
Karenanya, Abbas bin Abdul Muthalib sering dicurigai oleh kaum muslim.
Beliau pernah mengadu kepada Rasulullah saw. mengenai hal ini. Abbas berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku ini seorang muslim. Tetapi banyak orang yang mencurigaiku.”
Dari aduan Abbas bin Abdul Muthalib ini kemudian turunlah ayat Al-Qur’an—mukjizat terbesar Nabi Muhammad—surat Al-Anfal ayat 70 kepada Nabi saw.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّمَن فِىٓ أَيْدِيكُم مِّنَ ٱلْأَسْرَىٰٓ إِن يَعْلَمِ ٱللَّهُ فِى قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّآ أُخِذَ مِنكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: “Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu”. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Penutup
Demikian penjelasan tentang paman Nabi Muhammad yang hidup di zaman Islam. Semoga bermanfaat.
Jangan lewatkan konten menarik lainnya di kanal media sosial kami, Media Pondok Jawa Timur.