Bagi yang khatam mbaca novel Hati Suhita atau bahkan sudah menonton film-nya. Mungkin tidak asing dengan Gus Birru, yaaa, Ning Khilma sang Penulis novel terinspirasi dari nama ilmuwan Muslim yang akan kita Bahas, yaitu Abu Raihan Al-Biruni.
Beliau lahir di abad pertengahan, tepatnya pada 973 M di perkampungan khawarizm, Turkmenistan. Sedangkan Al-Biruni adalah sebutan untuk orang-orang asing dikawasan ini.
Al Birruni dikenal dunia memiliki skill dibidang filsafat, astronomi, kedokteran dan fisika. Dibidang kedokteran gurunya adalah Syekh Abul Wafa’ Al-Buzayani, Al-Biruni juga berkenalan dekat dengan Ibnu Sina, Ahli Medis yang melegenda itu.
Kemudian di bidang Matematika dan Astronomi gurunya adalah Syekh Abu Nasr Mansur bin Ali bin Iraqi.
Pengembaraan ilmunya yang fenomenal adalah ketika beliau belajar ke Jurjan dekat laut Kaspia serta ke India. Selama di India in, berbagai karya besar beliau lahirkan, salah satunya adalah “Tahqiq ma li al-Hind” yang ditulis dikala gabut melanda, ya gini nih orang cerdas kalau gabut jadi karya, kalau kita? hemm ya begitulah,..
Dalam Astronomi, Al-Biruni menemukan bahwa Bumi pada dasarnya mengitari matahari. sayangnya kitabnya yang membahas hal ini hilang, Lalu Pendapatnya ini terbukti kebenarannya dan turut di Buktikan oleh ilmuan modern.
Mengenai Filsafat, Al-Biruni cenderung tidak menerima bulat-bulat filsafat Aristoteles, dia berpikir secara kritikal terhadap beberapa hal dalam teori fisika peripatetic. Pemikiran Filsafat Al-Biruni selalu berlandaskan pada Prinsip-prinsip Islam, sedangkan sains dijadikan sebagai alat untuk menyingkap rahasia alam. Hasil Kajian dan penelitian Al-Birruni berujung pada pengakuan wujud Allah Swt sebagai Sang Pencipta, Atau Prima Causa.,
Cara berfilsafat Al-Birruni ini tentu bertentangan dengan filosof-filosof modern yang lebih mengutamakan sains daripada agama bahkan menafikan Tuhan YME.
Beberapa sumbangsih Al-Birruni lainnya diantaranya adalah: adaptasi dan modifikasinya terhadap astrolobe, salah satu instrumen untuk mengetahui posisi bintang-bintang dilangit.
Al-Birruni juga t ilmuwan yang membedakan antara astrologi dan Astronomi.
Mengenai kitab-kitabnya, wau banyak banget Gess. Yang Jelas saking cerdasnya Al-Birruni Ahli Sejarah Asal India, si J.N Sircar mengatakan kalau Al-Birruni itu, “Hanya sedikit orang yang memahami fisika dan matematika diantara yang sedikit itu yang terbesar di Asia Adalah Al-Birruni”.
Tak Jauh berbeda, ilmuwan barat Mc Mayerhof menyatakan Al-Birruni itu, ” ia mungkin sosok paling menonjol pada zaman keemasan pengetahuan islam.”
Hebat ya Al-Birruni, kalau kita simak kecerdasan Al-Birruni itu salah satu kuncinya adalah tetap berkarya meskipun dalam kaeadaan gabut sekalipun.
Pada Akhirnya Al-Birruni dipanggil illahi Robbi pada tahun 1048 M.