Halaqah MPJ – Sabtu sore (24/12) masjid kampus Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) penuh sesak dengan ratusan peserta yang ingin mendengarkan pemaparan dari Lora Ismael Kholili dan Lora Husein Basyaiban. Kedatangan dua lora yang sangat masyhur dalam jagat netizen tersebut merupakan salah satu rangkaian acara dalam perhelatan MPJ Fest 2022. Beliau berdua secara khusus mengisi acara Dialog Media yang mengusung tema “Media Pesantren sebagai Agen Rahmatan lin Netiziyyin”.
Dalam pemaparannya Lora Ismael mengawali dengan statement menarik bahwa cakupan dakwah itu sangat luas sekali. Dakwah tidak hanya berkutat dengan pengajian, ceramah ataupun mengajar, melainkan lebih luas lagi.
Menurut Lora Ismael, mengajar bukanlah satu-satunya cara dalam berdakwah. Lebih lanjut, Lora Ismael kemudian menyebutkan definisi dakwah yang pernah disampaikan Habib Umar bin Hafidz Yaman.
“Dakwah itu mengerahkan segala pikiran kita untuk menyelamatkan manusia untuk mendekat kepada Allah dengan berbagai media-media dan bermacam-macam metode dan cara,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, pengasuh PP. Al-Muhajirun As-Salafi Al-Kholili tersebut mengajak para pegiat media pesantren yang hadir dalam acara tersebut untuk menggunakan sosial media sebagai lahan dakwah. Mengingat, saat ini sosial media mempunyai peran yang sangat besar dalam penyebaran informasi. Apalagi media pesantren. Seharusnya pesantrenlah yang harus menjadi garda terdepan dalam menyebarkan ilmu dan pengetahuan di kanal-kanal media sosial.
“Senjata yang paling berpengaruh dalam dakwah kita saat ini adalah media sosial,” tambahnya.
Akan tetapi sebelum terjun langsung untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu di sosial media, menurut Lora Ismael, kita juga harus mempersiapkan diri. Setidaknya ada empat poin yang mesti dimiliki oleh seorang pegiat media sebelum benar-benar terjun berdakwah di sosial media.
“Ada empat poin yang harus dimiliki sebelum terjun ke sosial media,” ungkapnya.
Pertama, harus memiliki edukasi atau ilmu yang cukup. Hal ini menurut Lora Ismael menjadi salah satu poin yang paling urgent. Mengingat dalam pengamatan Lora Ismael banyak sekali akun-akun yang terlalu gegabah dalam membuat postingan, tanpa memperhatikan kebenaran dan otentisitas konten tersebut.
“Banyak sekali teman-teman yang membuat konten tertentu, membuat maklumat tertentu tanpa memiliki edukasi yang cukup, khususnya dalam bidang hadis,” terangnya.
Beliau mencontohkan dengan maraknya postingan keutamaan salat tarawih setiap harinya di bulan Ramadan. Mestinya konten tersebut tidak disebut sebagai hadis. Karena menurut mayoritas ulama itu bukanlah sebuah hadis, akan tetapi di media sosial banyak sekali orang yang salah paham bahwa itu adalah hadis.
Beliau juga mencontohkan dengan banyaknya kisah-kisah fiktif yang disandarkan kepada Rasulullah. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi jika para konten kreator memiliki kedalaman ilmu yang mumpuni.
Kedua, harus bisa mengerti dengan perkembangan zaman. Hal ini juga merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Seorang yang mempunyai kapasitas keilmuan yang tinggi akan tetapi tidak mengikuti dengan perkembangan zaman tentu akan tergerus dengan zaman itu sendiri. Lora Ismael kemudian mengutip dengan apa yang sering disampaikan oleh gurunya; KH. Maimoen Zubair.
“Alal aqil an-yakuna arifan bi zamanihi, seorang yang bijak itu harus bisa paham tentang perkembangan zaman” ungkapnya
Dalam penuturannya, seorang pegiat media harus memahami apa yang diminati oleh masyarakat, dan tidak memaksakan standar yang ia miliki. Misalkan, ketika ia membuat konten yang terlalu panjang. Hal tersebut tentu akan sulit diterima oleh masyarakat. Mengingat mereka cenderung menyukai konten yang ringan dan mudah dipahami.
Ketiga, jangan latah. Dalam dunia media sosial tentu banyak sekali dinamika dan trend-trend yang ramai diperbincangkan netizen. Hal tersebut tentu tidak akan luput dari berbagai hal yang secara prinsip bertentangan dengan apa yang diajarkan di pesantren. Oleh sebab itu, menurut Ra Mael, sapaan akrab beliau, seorang pegiat media harus cerdas dalam menyikapi tren di media sosial.
“Jadilah orang-orang yang mempunyai prinsip. Meskipun kita mengikuti minat masyarakat tapi kita harus punya prinsip. Jadi kita harus memahami apa yang diminati oleh masyarakat tanpa menghilangkan prinsip kita” terangnya.
Keempat, harus itqon atau totalitas. Menurut salah satu cucu dari Syaikhona Kholil ini ketika seseorang sudah memilih untuk berdakwah di media sosial, ia harus memiliki komitmen yang kuat. Ia juga harus totalitas dengan apa yang telah ia lakukan. Tidak boleh setengah-setengah. Beliau kemudian menuturkan kisah ketika Habib Umar ditanya oleh seseorang terkait standar dai yang sukses.
Apa jawaban dari Habib Umar? Ternyata menurut Habib Umar kesuksesan seorang dai atau pendakwah tidak diukur dengan banyaknya pengikut atau santri.
“Pendakwah yang sukses adalah orang yang sudah mengeluarkan semua yang ia miliki, dia totalitas untuk mengajak orang di jalan Allah Swt. Terlepas dari berapapun orang yang mendapatkan hidayah dan masuk Islam karena dia,” ungkap Lora Ismael mengutip perkataan Habib Umar.
Lebih lanjut, Lora Ismael mengapresiasi seluruh tim media pesantren yang hingga saat ini masih istikamah dalam meramaikan konten dakwah di sosial media. Karena berkat orang-orang media masyarakat bisa mendapatkan pencerahan dan ilmu dari para masyayikh di pesantren.
“Jadi tim media ini adalah orang yang barakahnya paling banyak dari masyayikh, karena mereka sudah mengeluarkan semua kemampuannya untuk berdakwah melalui jalur media,” tandasnya.
Penulis : Akhmad Yazid Fathoni, Anggota Media PP. Langitan Tuban
Editor : Divisi Pers MPJ Fest 22