Wudu adalah rukun penting bagi setiap muslim yang akan menjalankan ibadahnya, karena sebagai upaya untuk menjaga badan senantiasa dalam keadaan suci. Sedangkan salawat adalah ibadah yang terpuji, karena setiap lantunannya penuh dengan kata-kata pujian kepada sang Baginda Nabi saw.
Dua perkara ini jika dilaksanakan sarat mengandung keutamaan, mulai dari wudu banyak hadis yang menyatakan keutamaannya. Seperti yang penulis kutip dari kitab Tanqih al-Qaul, karya Syekh Nawawi al-Bantani: Pertama, setiap tetesan bekas dari air wudhu adalah malaikat, yang mana malaikat tadi memohon kepada Allah supaya mengampuni dosa orang yang berwudu.
Kedua, barang siapa yang tidur dan masih memiliki wudu, kemudian mati pada malam tersebut, maka di sisi Allah terhitung mati syahid.
Ketiga, barang siapa yang berwudu untuk salat dan membaguskan wudunya, kemudian salat, maka orang tadi keluar dari segala kotoran. Keadaannya seperti orang yang baru lahir dari rahim ibunya. Dan masih banyak keutamaan lainnya.
Kemudian salawat. Ibadah yang sangat ringan untuk dilaksanakan ini begitu spesial. Bahkan Allah Swt. juga bersalawat kepada Baginda Nabi saw. Saking ringannya untuk dilaksanakan, salawat tidak terbatas waktu dan tempat. Boleh dilaksanakan kapanpun dan di manapun, kecuali di tempat-tempat yang dianggap buruk, seperti kamar mandi, kakus, dan sebagainya.
Di antara keutamaan salawat, -masih penulis cuplik dari kitab yang sama- ialah:
Pertama, Barang siapa yang membaca salawat kepada Baginda Nabi satu kali, maka Allah akan membalas dengan sepuluh kali salawat.
Kedua, barang siapa yang salawat kepada Nabi saw. 1000 kali maka akan mendapat kebahagiaan surga sebelum matinya. Ketiga, barang siapa yang salawat kepadak Nabi pada hari jum’at sebanyak 40 kali, maka Allah akan melebur seluruh dosanya. Dan masih banyak keutamaan lainya.
Di sisi lain, kedua hal ini tak melulu ibadah yang mana balasannya hanya kita rasakan di akhirat kelak. Sering kali Allah juga memberi balasannya di dunia. Salah satunya berupa keselamatan, seperti kisah KH. Mahrus Aly dan santrinya berikut ini yang diceritakan oleh cucu beliau KH. Melvien Zainul Asyiqien.
Ada santrinya Mbah Mahrus yang sudah boyong lama. Kemudian suatu saat pada malam hari ditimbali (dipanggil) Mbah Mahrus. Mbah Mahrus heran kok tidak datang-datang. Padahal rumahnya juga tidak terlalu jauh dari Kota Kediri. Sampai malam harinya baru datang di Kediri. Tapi sebelum berangkat ke Kediri, Mbah Mahrus berpesan kepada santrinya. “Sebelum berangkat Wudu o,” begitu perintah Mbah Mbah Mahrus kepada santrinya yang telah menjadi kiai ini.
Dan santrinya ini menuruti perintah kiainya. Kemudian setelah sampai di ndalem (kediaman) Mbah Mahrus, beliau bertanya “Kenapa (kok lama), kecelakaan tho?” Sontak sang santri kaget dengan pertanyaan Mbah Mahrus. Tidak disangkanya beliau mengetahui apa yang baru saja dia alami.
“Nggih,” jawab sang santri.
“Tapi selamat, tho?”
“Nggih.”
“Yowis. Berkat wudumu awakmu selamet. Tapi siji neh seng slamet wong wedok tuek. Neng ngarepmu wi mau onok wong wedok tuek yo selamet (Ya sudah. Berkat wudumu, kamu selamat. Tapi ada satu lagi yang selamat. Seorang wanita tua. Di depanmu tadi ada wanita tua. Dia juga selamat),” terang mbah Mahrus yang seolah kinaweruh sakdurunge winarah, mengetahui keadaan yang akan terjadi.
Sang santri tambah kaget dengan pernyataan Mbah Mahrus. Tahu dari mana dengan kabar keadaannya di perjalanan. Padahal pada zaman itu teknologi informasi belum secanggih sekarang. Belum ada Whatsapp, Facebokk, Instagram, Website, dan media informasi lainnya layaknya zaman sekarang.
“Kengeng mopo Mbah Yai, kok tiyang wau slamet (Kenapa orang tadi juga selamat, Kiai)?”
“Awakmu slamet kerono sak durunge budal wi mau wudu. Selama perjalanan njogo wudu. Wong wedok nang ngarepmu wi mau selamet kerono selama perjalanan gak ninggal salawatan (Kamu selamat karena sebelum berangkat kamu wudu. Selama perjalanan menjaga wudu. Wanita tadi selamat karena selama perjalanan tidak meninggalkan salawat),” jawab Mbah Mahrus.
Padahal seluruh penumpang bus yang lainya mengalami luka-luka, hanya sang santri yang menjaga wudunya dan perempuan tua yang senantiasa membaca salawat yang berhasil selamat dari kecelakaan tersebut.
Semoga dari kisah ini kita bisa mengambil ibrah, untuk senantiasa menjaga wudu dan juga membaca salawat, apalagi ketika sedang perjalanan.