Halaqoh MPJ – Jika ditanya adakah sesuatu yang bisa menyatukan banyak orang, mungkin musik adalah salah satu jawabannya. Tak ayal, di zaman yang serba canggih ini perkembangan musik masih terus dinikmati dari berbagai kalangan. Bertempat di Masjid Kampus Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) Mojokerto, Jum’at (23/12) Pagi. Pada acara dialog media MPJ Fest 2022, Iqbal Nusvantara mengenalkan secara gamblang mengenai musik yang harus berkaitan pula dengan norma santri. Beliau merupakan content creator yang berfokus pada dunia musik.
Sosok yang merupakan ayah dua anak ini mengaku bermula dari hobby pada musik yang kemudian bisa berpenghasilan dari musik itu sendiri. Namun untuk bisa menghasilkan rupiah tidak bisa hanya bermodal hobby, harus punya usaha dan alat yang bagus.
Alat itu berupa aplikasi yang ada di hologram sudah bisa menciptakan music yang indah, asal pengguna bisa menggunakannya. Juga harus punya usaha yang bagus terkait dengan tempat pembuatan audio juga pengeditannya. Dari ruang yang harus sunyi sampai aplikasi dengan high quality.
Kemudian beliau juga memberi sebuah tips cara pengeditan audio musik, “Dari sebuah alat dicari satu ketukan yang dirasa pas, kemudian di-copy berlipat-lipat ketukan yang diinginkan untuk mengisi sebuah audio musik,” terangnya.
Salah satu peserta bertanya tentang cara menanggulangi copy right music di sebuah film, Iqbal Nusvantara menjawab dengan luwes untuk Media yang ada di Jawa Timur tidak hanya berfokus pada sholawat, pujian, dan musik di masa kini. Namun malah melupakan sholawat, pujian, dan musik di masa lawas yang bisa dikemas secara modern agar kembali menarik dan bisa mencegah copy right.
Iqbal Nusvantara menutup dialog dengan harapan, musik bisa diciptakan dari kalangan santri itu sendiri, terlebih dari kalangan santriwati karena musik dibebaskan tanpa terkait pada gender.
Penulis : Afro Makiatus Syarifa – Anggota Media PP. Raudlatul Ulum 1 Malang
Editor : Divisi Pers MPJ Fest 22