Halaqoh MPJ – Dalam memanfaatkan media sosial sebagai alat dakwah, pesantren masih terbata-bata dalam melangkah. Tentu saja, salah satu penyebab utamanya adalah karena media sosial dianggap ‘barang baru’. Dan pesantren selalu memegang teguh prinsip berhati-hati dahulu terhadap barang baru.
Pesantren telah mencoba adaptif terhadap itu. Maka kemudian mereka perlahan menemukan cara berdakwah di dunia maya: mereka membentuk tim media pesantren untuk mewujudkan rencananya. Beberapa rencana berhasil. Mereka mampu memproduksi konten-konten dakwah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat maya (netizen).
Namun hari-hari ini dunia media sosial menuntut pesantren bekerja lebih keras. Berkorban lebih besar. Konten yang diproduksi masih kalah masif daripada konten dakwah non ahlussunnah. Kalah kreatif. Kalah produktif.
Apadaya, kawan-kawan yang berjuang di media pesantren tak bisa berbuat banyak. Tidak banyak pesantren yang berani menggelontorkan dana untuk memperkuat basis media mereka agar konsisten mengupayakan dakwah di dunia maya. Lainnya? Dukungan yang ada hanya sebatas restu dan doa.
Karenanya, di dalam Halaqoh Media MPJ (Media Pondok Jawa Timur) 22-24 Desember kemarin, empat ratus lebih khadim (pengurus) media pesantren se-Jawa Timur secara serius mencari solusi dari masalah-masalah mereka. Tentu saja, masalah dukungan masyayikh dan dzuriyah pesantren juga menjadi poin utama.
Halaqoh Media ini terlaksana di Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. Halaqoh terbagi menjadi empat komisi: Komisi Konten, Komisi Manajemen, Komisi Ekonomi, dan Komisi Putri.
Diskusi di empat komisi ini dikawal dan dirumuskan oleh media-media pesantren yang telah dianggap cakap untuk memimpin diskusi: Ponpes Sidogiri Pasuruan, Ponpes MHI Jember, Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang, Ponpes Lirboyo Kota Kediri, dan Ponpes Langitan Tuban. Lalu ada Ponpes Lirboyo Al-Mahrusiyah Kota Kediri, Ponpes Menara Al-Fattah Tulungagung, Ponpes Salaf Modern Banin-Banat Hidayatul Mubtadi-ien Kediri, dan Ponpes Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Selain itu, juga dihadirkan perwakilan Ponpes Syaikh Abdul Qodir Jailani Probolinggo, Ponpes Miftahul Ulum Bakid Lumajang, Ponpes Al-Hidayah Ketegan Sidoarjo, PPTQ Nurul Huda Tulungagung, dan PP BUQ Tulungagung.
Halaqoh Media ini kemudian menghasilkan beberapa rekomendasi dan program yang menjadi acuan bagi pengurus MPJ Pusat untuk melangkah di tahun depan. Mulai penyelenggaraan Madrasah Media Broadcasting, Musik, hingga Digital Marketing. Halaqoh Media ini juga menghasilkan rekomendasi maha penting bagi para pengelola media dan netizen terkait konten yang cenderung mengeksploitasi dan mengobjektifikasi santri-santri putri.
Hasil Halaqoh Media dapat diunduh di sini.