Teman adalah orang terdekat setelah keluarga. Hampir setiap harinya kita berhubungan dengan teman di samping bersama keluarga. Untuk menjalin hubungan yang baik maka kita perlu menjaga adab kepada teman. Tulisan ini akan membedah apa saja adab kepada teman.
Sebelum mengetahui adab kepada teman, perlu kita ketahui dulu apa itu teman. Pengertian teman berbeda dengan pengertian sahabat. Shodiq atau teman adalah orang yang ikut berbahagia dengan kebahagiaanmu dan ikut bersedih terhadap kesedihanmu. Lawan katanya adalah musuh (‘aduw).
Pengertian sahabat (shohib) adalah orang yang lama berkumpul denganmu. Syaikh Yusuf bin Abdul Qodir Al-Barnawi dalam kitab Qowaidul I’rob menambahkan dua pengertian lain. Pengertian ini masih terkait dengan orang yang memiiki kedekatan dengan kita.
Menurutnya, kholil adalah orang yang bahagia karena kebahagiaanmu, sedih karena kesedihanmu, akan tetapi tidak menyayangimu. Sementara itu, kekasih (habib) adalah orang yang bahagia karena bahagiamu, sedih karena kesedihanmu, menyukaimu dan mau mengerahkan hartanya untukmu.
Dalam memilih teman hendaknya pilihlah teman yang rajin dan wara’. Rajin dalam arti memiliki semangat dan disiplin tinggi. Wara’ dalam arti menjaga diri dari perkara yang haram. Kita juga hendaknya memilih teman yang istiqomah dan memiliki ilmu yang luas.
Dalam kitab Ta’limul Mutaalim, Syaikh Az-Zarnuji menyebutkan ciri-ciri teman yang buruk. Teman yang buruk ini hendaknya dijauhi. Beliau menganjurkan untuk menjauhi teman yang malas, orang yang mensia-siakan waktunya, orang yang banyak omong, orang fasad dan suka fitnah.
Bagaimanapun, sifat dan keadaan seseorang akan dipengaruhi oleh teman-temannya. Jika teman kita memiliki akhlak yang baik, maka lambat laun kita tertular baik. Penjual minyak wangi akan menularkan wanginya.
Persaudaraan dalam Islam
Persaudaraan dalam Islam adalah hal yang sangat penting. Rasulullah Saw mengatakan bahwa sesama Muslim adalah saudara satu sama lain. Ukhuwah Islamiyah istilahnya, saudara sesama Muslim.
Perasaan ini yang ingin dibangun oleh Rasulullah Saw. Beliau mempersaudarakan antara orang-orang yang hijrah (muhajirin) dari Mekah dengan orang yang membantu mereka (anshor) dari Madinah.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw menggambarkan antar muslim adalah sebagaimana bangunan. Apabila salah satu pilar bangunan tersebut roboh, maka menjadi robohlah semua bangunan tersebut. Maka sudah seyogianya sesama Muslim harus bersatu. Jangan terpecah, apalagi gara-gara berbeda pilihan calon pemimpinnya.
Bahkan, tidak hanya itu. Beliau Rasulullah Saw juga menumbuhkan sifat kemanusiaan. jika kita bukan saudara seiman, maka kita dengan orang tersebut bisa jadi saudara senegara. Istilahnya adalah ukhuwah wathaniyah. Inilah yang terjadi antar Muslim dan Yahudi ketika di Madinah dulu. Di sana terlaksana adab-bertetangga.
Jika bukan karena saudara seislam atau senegara, maka sungguh kita adalah saudara sesama manusia. Ukhuwah basyariyah istilahnya. Dengan begini, maka konflik dan peperangan menjadi tiada. Maka terwujudlah perdamaian di atas dunia.
Teman yang Baik menurut Islam
Setelah mengetahui arti penting persaudaraan dalam Islam, lantas bagaimanakah ciri-ciri teman yang baik itu? Bagaimanakah teman yang baik menurut Islam? Sebagaimana telah disebutkan di atas, Syaikh Azzarnuji menyebutkan beberapa ciri teman yang baik.
Teman yang baik adalah yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan. Ketika kita sedang dalam kondisi down, dia mensuport. Ketika iman sedang turun dan tidak sedang baik-baik saja, dia dengan sabar mau menuntun kita. Jika kita sembrono dalam berdoa, dia mengingatkan tentang adab-berdoa.
Didahulukan adalah teman yang rajin dan memiliki semangat tinggi. Baik dalam ibadah maupun aktivitas kesehariannya. Menjaga diri terhadap hal yang syubhat, terlebih dari keharaman. Serta yang bisa diajak saling membantu, saling menghargai dan menghormati.
Tentang teman yang baik, Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Sebaik-baik orang adalah yang paling baik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik terhadap tetangganya” (HR. At-Thirmidzi).
Adab kepada Teman
Dalam hidup kita mengenal adanya benalu. Benalu adalah sosok yang merugikan. Dia tidak memberikan keuntungan sama sekali. Maka sifat seperti benalu inilah yang harus kita hindari. Dalam istilah perteman adalah istilah toxic. Toxic berasal dari Bahasa Inggris artinya racun.
Agar tidak menjadi toxic, maka kita perlu menjaga adab kepada teman. Apa sajakah adab kepada teman?
Berakhlak baik
Adab kepada teman yang pertama adalah berakhlak baik. Akhlak yang baik bisa diwujudkan dengan berakhlak baik. Dia suka menolong dan bisa diajak kerjasama untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Mengingatkan bahwa kita belum menunaikan adab-sebelum-tidur misalnya.
Beruntung orang yang memiliki teman baik sebagaimana disampaikan oleh Umar bin Khotob:
مَا أُعْطِيَ الْعَبْدُ بَعْدَ الْإِسْلَامِ نِعْمَةً خَيْرًا مِنْ أَخٍ صَالِحٍ فَإِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ وَدًّا مِنْ أَخِيْهِ فَلْيَتَمَسَّكْ بِهِ
Ma u’tiya al-abdu ba’da islamin ni’matan khairan min akhin sholihin, faidza wajada ahadakum waddan min akhihi fal yatamassak bihi.
“Tidaklah seorang hamba diberikan nikmat setelah Islam yang lebih baik dari pada teman yang baik. Apabila salah seorang di antara kalian menemukannya, maka pertahankanlah.”
Mudah tersenyum
Adab kepada teman selanjutnya adalah mudah tersenyum. Tersenyum dapat memberikan pengaruh kebahagiaan kepada orang lain. Tidak heran jika kemudian Rasulullah Saw mengatakan bahwa tersenyum adalah sedekah.
Lawan dari senyum adalah bermuka masam. Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang bermuka masam. Orang yang tidak mau peduli terhadap orang lain. Makanya, begitu Rasulullah Saw bermuka masam, maka turunlah QS. Abasa sebagai teguran.
Suka merendah diri
Adab kepada teman selanjutnya adalah merendah diri. Tidak egois, sombong, berasa menggurui dan mementingkan diri sendiri.
Senantiasa Meminta maaf
Senantiasa meminta maaf jika ada salah. Dengan meminta maaf, akan meredam kebencian orang terhadap kita. Seseorang yang menegur secara langsung akan berbeda penerimaannya, jika diawali dengan maaf.
Tidak menyebarkan aib dan rahasianya
Alkisah. Rasulullah Saw sedang bersantap daging unta bersama para sahabatnya. Tidak lama, ada seorang yang kentut tanpa suara. Bau tak sedap menyeruak masuk hidung para sahabat dan Rasulullah Saw. “Siapapun yang merasa kentut berdiri” inisiatif salah seorang sahabat. Tak ada yang berdiri. Rasulullah Saw pun diam tanpa tanggapan.
Melihat Rasulullah Saw hanya diam, salah seorang sahabat kembali berseloroh, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu setelah ini”. Mendengar ucapan sahabat ini Rasulullah Saw menyuruh seluruh sahabat untuk berwudlu, meski tidak batal. “Loh kok. Kenapa ya Rasul” tanya seorang lainnya. “Berwudlulah, disebabkan makan daging unta” jawab Rasulullah Saw. Demikian cara Rasulullah Saw menutup aib.
Mengucap salam ketika bertemu dan berpisah
Adab kepada teman selanjutnya adalah mengucap salam. Mengucap salam ini dilakukan ketika baru berjumpa ataupun ketika hendak berpisah. Adanya hadits menebar salam menunjukkan bahwa salam ini memiliki keutamaan yang tidak biasa.
Memanggil dengan panggilan yang baik
Memanggil dengan panggilan yang baik adalah termasuk adab kepada teman. Memanggil dengan sopan akan menggembirakan orang yang mendengarnya. Menggembirakan orang lain juga termasuk hal yang dianjurkan dalam Islam.
Berbicara dengan perkataan yang baik
Rasulullah Saw adalah orang yang paling baik cara bicaranya. Sulit berkata baik menjadi ciri orang yang sulit bergaul. Ia sulit menjaga ucapannya, sehingga orang lain tidak menyukainya.
Meminta izin ketika meminjam barang
Meminta izin ketika meminjam barang merupakan adab kepada teman yang harus dilestarikan. Meski barang sekecil apapun. Meminjam tanpa izin adalah sama dengan tindakan pencurian yang tidak hanya hokum agama yang melarang. Hukum positif negara pun melarangnya.
Menjaga amanah
Menjaga amanah adalah bagian dari pada adab kepada teman. Orang yang tidak mampu menjaga amanah tidak bisa diberikan tanggung jawab. Tidak bisa menjaga amanah juga termasuk di antara salah satu dari tiga ciri orang munafik.
Demikianlah beberapa adab kepada teman. Teman adalah aset berharga di masa depan. Dikatakan asset, sebab teman bisa mengantarkan kepada surga. Bagaimanapun, alam akan berinteraksi kepada kita, sebagaimana kita berinteraksi kepada mereka. Jika kita menjaga adab kepada teman, teman pun akan menjaga adab kepada kita.
Cara mengetahui perilaku teman adalah dengan melakukan perjalanan bersama. Apakah dia bisa bekerja sama. Apakah dia mau berkorban terlihat ketika berjalan bersama. Semoga kita dikaruniai teman yang bisa diajak untuk mencintai karena Allah.
“Seseorang dikatakan bijaksana jika ia mampu mengenal Tuhannya dan memahami zamannya”